Musim Panas Tidak Menghalangi Semangat Mahasiswa Indonesia di Yaman
Belajar di luar negeri dengan kultur dan suasana yang berbeda bukanlah hal yang mudah bagi sebagian besar mahasiswa. Terutama dalam hal berdaptasi dengan lingkungan baru dan penyesuaian diri dengan kota tempat tinggal.
Namun berbeda dengan mahasiswa yang ada di Yaman khususnya pelajar di Universitas Al-Ahgaff. Universitas Al-Ahgaff merupakan sebuah universitas yang berpusat di kota Mukalla, yaitu ibu kota provinsi Hadhramaut, Yaman.
Kini, universitas tersebut menjadi salah satu universitas yang banyak menyita sorotan pelajar di Indonesia. Sehingga, banyak sekali yang berminat untuk berpijak kaki di Yaman untuk belajar di universitas tersebut. Khususnya dalam bidang ilmu Syariah wal Qanun.
Salah satu penyebabnya, staf pengajar di universitas tersebut adalah mereka yang berkompeten di bidang Syariah dan memiliki sanad ilmu hingga Rasulullah Saw, karena kebanyakan masyaikh di sana adalah para Habaib, cucu dari keturunan Rasulullah Saw.
Saat musim panas mendadak menyelimuti kota Mukalla, semangat mahasiswa Al Ahgaff tidak pernah surut, justru mereka lebih bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Mereka juga tetap bersikukuh untuk hadir di kelas seperti biasanya. Meskipun, pada tubuh mereka berdecak peluh-peluh yang tidak berhenti meleleh.
Seusai waktu belajar, tepatnya pada pukul 12.30 waktu Yaman, saat itu pancaran cahaya matahari kerap menjadi semakin panas memanggang kota Mukalla. Sehingga membuat mahasiswa Al Ahgaff kembali ke asrama dengan tergesa-gesa untuk menggantikan pakaianya yang sudah berpeluh dan berbau tidak sedap. Lalu beranjak ke masjid untuk melaksanakan salat Zuhur berjamaah.
Namun sebagian dari mereka, ada yang memilih untuk berhenti sejenak di baqalah (kantin), untuk membeli sekantong air putih dingin dengan harga RY 70 atau RP 1.400 di Indonesia. Air tersebut mereka gunakan untuk menghilangkan rasa gerah dan panas yang meyelimuti tubuh mereka saat mandi.
Setelah salat Zuhur berjamaah, mahasiswa di Yaman biasanya langsung menyantap makan siang bersama, setelah itu dilanjutkan dengan diskusi singkat mengenai pelajaran yang sudah dipelajari di kelas. Hal ini kerap disebut dengan muraja’ah dan dilakukan bersama teman-teman sekamar, dan setiap masing-masing mahasiswa biasanya memegang sebuah buku untuk mengipasi badan mereka lantaran atmosfer di dalam kamar juga ikut seperti siang hari.
Semangat belajar ini disebabkan oleh adanya motivasi dari diri sendiri dalam mengembangkan ilmu agama di negeri seribu wali dan juga motivasi dari guru-guru mereka, agar menjadi insan yang mahir dibidang agama. Sehingga meskipun musim panas, mereka tidak menyerah dalam menuntut ilmu. Red.JZ
Sumber :
Muhammad Syifa Ulhaq, alumnus pesantren modern Misbahul Ulum Lhokseumawe, mahasiswa sarjana syariah wal qanun Universitas Al Ahgaff Mukalla, Hadranmaut, Yaman.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!